Blangkon merupakan bagian dari pakaian adat kaum pria dengan ciri khas mondholan (tonjolan) di bagian belakang. Blangkon tersebut menggunakan iket atau kain batik sebagai bahan bakunya. Salah satu pembuat blangkon ini yaitu Sumaryadi, warga Guwosari, Pajangan Bantul. Setelah 15 tahun berpengalaman bekerja membuat blangkon, Sumaryadi memutuskan memproduksi sendiri kerajinan blangkon ini.

Home industri kerajinan kipas ini dirintis Tumadi sejak tahun 2000 dengan label Surya Souvenir. Saya terpanggil berusaha di bidang ini, pertama untuk merintis masa depan sebagai seorang perajin karena tidak memungkinkan melanjutkan pendidikan lagi. Namun hal lainnya juga karena para perajin yang ada di wilayah Jipangan saat itu, hanya mampu menjual tangkai kipas bambu saja. Sedangkan saya mengamati bahwa produk kipas mempunyai pangsa pasar yang luas. Demikian Tumadi saat ditemui reporter bantulbiz.com, Rabu (24/08/11).

Suwardi merintis usaha Evia Craft sejak 1989 dan mulai mengembangkan ke pasar ekspor pada 2002. Usaha milik Suwardi ini mengolah kayu sonokeling dan mahoni menjadi berbagai macam kerajinan yang disukai konsumen lokal maupun luar negeri. Sampai saat ini, ratusan model telah diproduksi evia craft dengan memperhatikan selera dan perkembangan pasar. Evia craft mulai merambah pasar ekspor setelah bekerjasama dengan salah satu trading di Yogyakarta.

Yusak handicraft merupakan sebuah home industri yang memproduksi aneka kerajinan. Didirikan oleh Yusak sang pemilik, pada tahun 2004. Pada mulanya Yusak, hanya memproduksi vas bunga kering dari bahan rotan yang dikombinasikan dengan plismet dan tripleks serta vas bunga dari kulit kayu mahoni. Namun kini banyak jenis kerajinan yang telah diproduksi seperti box loundry, figura, jam dinding hiasan bunga kering, cermin, tempat tissue, hanger, guci berbalut daun mahoni, daun coklat dan sapu lidi hiasan.

Banyaknya tenaga kerja trampil pembuatan trazo, mendorong Sri Ngajiyati merintis berdirinya home industri Bima Trazo. Bertempat di kediamannya dusun Tulung, Srihardono, Bima Trazo mulai beroperasi tahun 2004. Namun hanya dalam empat tahun pertama, usaha yang dirintis Sri mengalami kejayaannya. Dengan mengirim sampel produk ke berbagai calon pembeli, Bima Trazo memperoleh cukup banyak order dari Titon Craft Trading, Ana Craft dan Dekor International untuk diekspor ke berbagai negara. Pasar dalam negeri yang sebenarnya cukup potensial, lepas dari strategi pasar manajemen Sri.

Home industri Edi Craft diidirikan tahun 2004 oleh Edi Triyono (38). Sejak berdiri sampai saat ini, semua produknya diproduksi atas dasar pesanan. Hal ini juga yang memperlihatkan hampir tidak ada stock barang dagangan di work shopnya. Produk yang dihasilkan sebagian besar terbuat dari kayu sonokeling dan sedikit kayu mahoni. Hampir semuanya tanpa bahan tambahan kecuali beberapa nampan yang diberi alas plismet. Kesan mewah sangat menonjol pada produk karya Edi, karena dimelamin pada proses finishing dengan disemprotkan dan tekstur kayu sonokeling sangat yang tajam.

Banyu Biru Craft bergerak dalam bidang kerajinan kipas, terutama kipas bambu. Home industri ini dirintis berdua oleh Darmawan dan (28) dan istrinya Sri Suharti (27) sejak tahun 2006 pada awal pernikahan mereka. Setelah lima tahun berjalan, kondisi usaha dirasakan mulai menapaki perkembangan yang prospektif, karena hampir setiap hari ada order. Menurut Darmawan ketika diwawancarai di rumahnya yang sekaligus sebagai workshop dan showroom, Rabu (21/09), berwira usaha menjadi pilihan hidup saya karena dibentuk oleh kondisi lingkungan Jipangan yang merupakan sentra kerajinan kipas bambu.

Mulai beroperasi 1997, Ota Bambu Cendani yang didirikan oleh Ahmad Thofihul Falah (45) masih eksis hingga saat ini. Sampai dengan 2002 hanya bergerak dalam bidang handicraft. Produk usahanya antara lain : tempat sampah, kotak tisue, tray, tempat buku, ordner, kotak perhiasan yang umumnya dilapisi kulit bambu apus, kulit bambu tutul, tripleks, karton, tikar pandang, mendong, bagor, lem kuning dan lem apoxy/ponal. Namun sejak 2002, Ahmad merubah arah produk usahanya dengan lebih fokus memproduksi meubel fungsional dan seluruh perabotan rumah tangga. Demikian dijelaskan Ahmad ketika diwawancarai di workshopnya, Kamis (06/10).

Yuan art dirintis oleh Yulianto (27) sejak 2002, setelah cukup lama berkecimpung dalam usaha batik kayu maupun ukir sungging, sebagai tukang amplas dan cat sampai tenaga membatik. Dengan ketrampilan yang dimilikinya, Yulianto lalu membangun usaha mandiri, yang juga bergerak di bidang yang sejenis. Dengan modal awal Rp. 1,5 juta pemberian mertua, saya memulai usaha ini langsung sebagai supplier produk-produk batik kayu dan ukir sungging kepada perajin yang dulunya tempat saya bekerja. Demikian menurut Yulianto ketika diwawancarai reporter bantulbiz di show roomnya dusun Krebet Selasa (18/10).

Berusaha di sentra kerajinan batik kayu menuntut perajin untuk memberikan produk yang berbeda sehingga bisa menarik pembeli. Lama bergelut di kerajinan batik kayu, Slamet dengan usahanya Batik Sekar Melati mulai memproduksi kerajinan dengan ciri khas tersendiri. Slamet banyak menerima pesanan produk yang unik seperti genteng kayu dan juga replika nasi bungkus dari kayu. Slamet menggunakan kayu munggur sebagai bahan baku, tidak seperti kerajinan batik kayu yang umumya menggunakan kayu lunak seperti kayu pule.